Carita Urang

Sebenernya aa bingung. Kok aa masih marah ya sama neng? Seharunya tak ada lagi amarah. Semestinya aa tak lagi harus merasa terganggu. Selayaknya jika rasa peduli sudah hilang, maka aa tak akan pernah lagi merasa tersakiti, dibohongi, dibodohi saat lagi2 aa dapetin neng mengingkari janji dan omongan neng. Neng bilang "maaf".. "tak akan lagi2"... "neng akan terus berusaha",... "neng akan belajar"... "neng pasti bisa"... tapi semua itu hanya benar2 berupa omongan yg neng keluarin tuk meredam kecewa aa, yang terlontar tanpa rasa bertanggung jawab (neng pasti nyangkal aa bilang begitu. Tapi fakta neng... di kesempatan lain neng pasti mengulangnya). Dan hal sepeti itu neng bilang hal yang kecil. Maaf... enggak buat aa.

Aa sayang ... bahkan terlalu sayang sama neng. Jika aa bilang aa akan lakukan apapun tuk neng, aa bisa membuktikannya. Hanya saja kita berjalan kedepan. Dan saat inilah gambaran masa yang akan datang itu.

Ibaratkan, jika neng dituntut untuk merubah sesuatu sama atasan neng dikantor. Dan kemudian neng janjikan hal itu, pastilah disetiap tindakan neng akan selalu mengingat janji neng itu. Berdasarkan banyak pertimbangan, mungkin karena takut di marahi sampai takut kalau sampai neng dipecat. Lihatlah aa, orang yang berkali-kali neng janjikan hal itu. Dan hitung juga berapa banyak neng mumungkirinya. Apa ada rasa takut untuk neng? 2 tahun sudah aa kenal neng, setahun lebih kita berhubungan. Apa waktu selama itu belum culup lama untuk sebuah pembelajaran? Yang terjadi saat ini adalah gambaran masa depan. Dan seperti apakah kesungguhan yang sering kali neng utarakan ke aa? Seperti apa Nanti? Maaf...