Alhamdulillah, walaupun sedikit, kesedihan masih aa rasakan ketika menyadari kalau Ramadhan telah berlalu. Di hari terakhir, masih jelas hitung-hitungan aa akan 30 hari kebelakang yg sudah berlalu. Ternyata banyak ketidak semestian berlaku di sana. Sampai pada Malam 1 Syawal, aa habiskan dengan cara Takbir di Masjid. Sangat terasa kealpaan waktu itu. Berbeda dengan malam Syawal tahun lalu. Malam Syawal kali ini terkesan begitu hening. Aa ga tau, akan bertahan berapa lama Speakerphone masjid mengumandangkan Takbir seandainya aa bersama ke 3 teman aa tak ada di masjid (mungkin penyebabnya karna sekarang ada 2 masjid di kampung aa). Kenyataannya, orang terakhir yg meninggalkan masjid waktu itu adalah aa bersama ke 3 teman aa.
Tiba di hari yg fitri, aa masih merasakan ketidaksungguhan aa menyanbut kefitrian itu (mudah-mudahan). Lunglai langkah masih bisa aa seret menuju masjid Al-Mutaqin. Sekumpulan manusia yang berpakaian penuh keislamikan menjadi pemandangan monoton buat aa. "Ada apa dengan kepala ini? Wake up!! Hari ini Idul Fitri. Hari yg Fitri..."
Sederetan takbir yg mengawali shalat belum bisa sepenuhnya memulihkan kehampaan aa. Sampai tiba disaat Khatib membacakan rentetan doa yang diucapkan dengan menggunakan bahasa Indonesia, Bumi tempat aa bersimpuh terasa bergerak dan berputar lebih agresif, dan kemudian melambat bagai gerak slow motion di beberapa detik kedepan. Aa terasa menjadi amat kecil, hina, tak berguna. Rentetan doa itu belum juga berakhir. Aa makin merasa menjadi terdakwa dalam sebuah peradilan yang dihadiri oleh banyak orang. Aa menjadi sangat malu. Aa menangis. Aa tak kuasa menahan air mata. Aa ingin doa itu cepat berhenti. Aa Kangen sama mama, papa, adik-adik, neng, aa ingin cepat pulang. Aa ingin meluk mereka.
Shalat berlalu, aa bergegas pulang. Samudra air mata bergelantungan di kelopak mata. Tapi aa tak mau menunjukan tangis ini. Aa akan bertahan agar tak menangis. Sesampai di rumah, aa gapai tangan mama, papa, adik-adik aa sambil berucap maaf. Kemudian bergegas lagi menuju kamar, dan barulah samudra air mata itu tumpah-ruah. Terimakasih Tuhan. Dihari yang katanya Fitri itu, ternyata aku masih bisa bersedih.
Cerita di Hari Fitri
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
itu adalah berkah di hari yang "FITRI" amien...
Posting Komentar